Terbang Terlalu Dekat: Bagaimana penggunaan drone memengaruhi satwa liar

satwa

Meskipun drone dapat memberikan data menarik tentang satwa liar, mulai dari pengawasan antiperburuan hingga akses ke wilayah terpencil, terdapat kekhawatiran yang semakin meningkat tentang dampaknya terhadap kesejahteraan satwa liar.

Drone telah memberikan keuntungan baru bagi para peneliti satwa liar – selain dapat mengamati perilaku, pemanfaatan habitat, dan pola pergerakan, drone telah menjadi alat baru dalam studi satwa liar. Namun, terdapat kekhawatiran tentang dampaknya terhadap satwa liar, bahkan beberapa negara melarangnya di kawasan lindung. Para penulis studi ini menyajikan tinjauan tentang dampak drone terhadap satwa liar di lingkungan darat, udara, dan perairan, sebuah langkah penting untuk memahami bagaimana teknologi yang tampaknya tidak berbahaya sebenarnya dapat berdampak negatif terhadap satwa liar. Makalah ini meninjau literatur terkini tentang dampak penggunaan drone terhadap satwa liar dan merinci respons spesifik spesies, jalur penerbangan drone, dan faktor lingkungan. Makalah ini juga mengkaji penggunaan drone yang etis dalam studi satwa liar untuk meminimalkan dampak buruk, dan diakhiri dengan rekomendasi bagi operator, teknisi, dan pembuat kebijakan.

Operasi Drone

Penelitian telah menunjukkan bahwa jarak dan ketinggian pendekatan drone dapat menimbulkan gangguan pada satwa liar; misalnya, sebuah studi terhadap 11 spesies burung laut mengungkapkan bahwa sebagian besar spesies menunjukkan perilaku stres yang signifikan saat drone melayang pada ketinggian 10 m. Di cagar alam Afrika, gajah menunjukkan perilaku waspada terhadap drone ketika drone mendekat pada jarak 50 m. Selain itu, sudut dan kecepatan pendekatan juga memengaruhi perilaku. Oleh karena itu, para penulis merekomendasikan agar drone mempertahankan ketinggian yang lebih tinggi, kecepatan yang lebih lambat, dan mendekati satwa liar pada sudut miring.

Kebisingan dan Visual

Melihat dan mendengar drone juga dapat memengaruhi satwa liar; misalnya, manatee, yang memiliki penglihatan yang buruk, menunjukkan stres ketika didekati oleh drone, yang berarti kebisingan dapat berperan dalam menciptakan stres pada manatee. Di sisi lain, trenggiling raksasa, yang memiliki penglihatan dan pendengaran yang buruk, menunjukkan toleransi yang tinggi terhadap drone. Penelitian juga menunjukkan bahwa drone dapat meniru spesies predator melalui isyarat visual (terutama jika lingkungan menutupi suara tersebut). Misalnya, drone dapat terlihat seperti burung predator, yang dapat mengganggu populasi burung tertentu. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pendengaran dan sensitivitas visual masing-masing spesies sebelum meluncurkan drone. Misalnya, telah ditemukan bahwa tingkat kebisingan drone seringkali di bawah ambang pendengaran banyak mamalia laut.

Spesies dan Habitat

Spesies yang berbeda akan memiliki reaksi yang berbeda terhadap drone, tergantung pada karakteristik dan habitatnya. Sebagaimana telah dibahas, spesies akan menghindari drone pada ketinggian, tingkat kebisingan, dan garis pandang yang berbeda. Selain itu, kondisi habitat dan lingkungan berperan dalam bagaimana satwa liar dapat bereaksi terhadap drone. Angin dan kelembapan, misalnya, dapat memperkuat kebisingan drone, sementara satwa liar yang hidup di habitat terpencil mungkin kurang terpapar manusia dan mungkin lebih sensitif terhadap kebisingan dan objek antropogenik, seperti drone. Habitat akuatik dapat menciptakan penghalang kebisingan bagi drone, sehingga mengurangi sensitivitas hewan akuatik terhadap drone.

Rekomendasi

Berdasarkan tinjauan mereka terhadap kajian ilmiah tentang dampak drone terhadap satwa liar, para penulis merekomendasikan hal-hal berikut untuk mengurangi dampak negatif pada perilaku satwa liar:

1) Parameter terbang

  • Ketinggian: Para penulis merekomendasikan menjaga drone antara 40-80 m untuk mengurangi stres.
  • Jarak dan sudut pendekatan: Para penulis merekomendasikan antara 30-80 m tergantung pada spesies dan sudut miring.
  • Kecepatan: Para penulis merekomendasikan kecepatan di bawah 5 m/detik.

2) Sensitivitas spesies dan kontekstual

  • Operator drone harus menyadari ambang batas pendengaran dan penglihatan spesifik spesies serta kondisi biologis, seperti musim kawin.
  • Menggunakan teknologi peredam kebisingan dan drone yang lebih senyap, mengikuti parameter terbang yang optimal, dan menetapkan zona larangan terbang pada waktu/musim tertentu direkomendasikan untuk mengurangi stres.

3) Pertimbangan lingkungan dan temporal

  • Cuaca dapat memengaruhi sensitivitas satwa liar terhadap drone, misalnya angin dapat memperkuat kebisingan; oleh karena itu, para penulis merekomendasikan menerbangkan drone pada cuaca optimal ketika kebisingan tidak terlalu diperkuat.
  • Waktu juga penting; menerbangkan drone di luar periode aktivitas puncak, misalnya, fajar dan senja dapat mengurangi dampak pada perilaku satwa liar.

4) Pemantauan Perilaku dan Adaptasi

  • Pemantauan reaksi satwa liar terhadap drone secara langsung akan memberikan informasi tentang cara mengadaptasi drone untuk berbagai spesies dan habitat. Penyesuaian secara langsung akan mengurangi stres yang terkait dengan drone.

5) Pengumpulan dan Pelaporan Data

  • Pencatatan informasi terstandarisasi di antara peneliti satwa liar yang menggunakan drone dapat memfasilitasi perbandingan dan penyesuaian terhadap drone. Operator drone harus mencatat informasi berstempel waktu tentang spesies, kondisi lingkungan, habitat, parameter penerbangan, dan respons spesifik spesies.
  • Repositori bersama akan menciptakan kolaborasi berbagi data dan pengembangan protokol untuk berbagai spesies satwa liar.

6) Peraturan dan Kepatuhan

  • Para penulis merekomendasikan agar setiap proyek penelitian yang melibatkan drone memiliki 1) izin operasi drone yang dikeluarkan oleh otoritas penerbangan nasional dan 2) persetujuan khusus konservasi yang diberikan oleh badan yang mengatur kawasan lindung.

Makalah tinjauan ini mengungkap dampak yang mungkin ditimbulkan drone terhadap satwa liar. Meskipun drone dapat menyediakan data tentang satwa liar dari perspektif yang berbeda, sangat penting bagi operator drone yang mempelajari satwa liar untuk menggunakan praktik terbaik guna memastikan bahwa satwa liar tidak dirugikan dalam prosesnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *